Namaku Keyla. Duduk di bangku SMP kelas 3. Aku mempunyai
seorang sahabat bernama Meyla. Dia adalah kembaranku. Dari di perut ibuku aku
sudah berteman dengannya. Dialah satu-satunya sahabatku di kelas. Di sekolah,
kami dijauhi oleh teman-teman karena kami miskin. Maklumlah kami bisa sekolah
disini itu semua karena beasiswa dari sekolah kami di SD. Setiap ada kerja
kelompok, kami berdua dijauhi dan tidak ada yang memilih kami. Aku sayang
Meyla. Hanya Meyla lah yang selalu ada disaat aku membutuhkannya. Kami
sangatlah dekat. Setiap hari kami selalu bersama. Dari masih bayi, TK, SD,
sampai sekarang. Meyla adalah orang yang sangat baik. Dia perhatian, suka mengalah,
rajin, berbeda dengan aku yang kadang kadang suka egois.
Hari ini kami akan pergi menginap di rumah nenek. Kami sudah
menyiapkan barang barang kami semua kemarin.
Pukul 07.00 kami sudah siap dan akan berangkat dengan
angkutan umum. Kami berangkat bersama ayah dan ibu. Dalam perjalanan kami
berdua bercanda, mengobrol, dan bermain.
Pukul 09.00 kami sampai di rumah nenek. Saat itu hujan deras
sekali, kami segera berlari ke rumah nenek.
Kami makan masakan nenek yang enak sekali. Nenek sangatlah
pandai memasak. Masakannya sangat enak, siapapun suka. Nenek membuka sebuah
restoran dan ia bekerja sebagai juru masak di restoran itu. Meyla juga jago
memasak. Tidak seperti aku. Aku tidak bisa masak. Nenek bilang kalau Meyla
sudah besar, Meyla akan meneruskan pekerjaan Nenek. Cita-cita Meyla memang
menjadi seorang juru masak. Sesudah makan kami pergi ke kamar tamu yang telah
disediakan nenek untuk kami. Kami beristirahat di situ.
“Meyla, aku pengen banget pergi ke luar negeri. Tapi aku
yakin itu mustahil. Aku iri, Semua teman teman kita di sekolah sudah pernah
keluar negeri.” kataku.
“Kita hanya perlu bersabar Key. Aku juga ingin pergi kesana.
Tapi orangtua kita hanya berpenghasilan sebagai pedagang. Mungkin nanti 10
tahun yang akan datang kita bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan
mungkin 10 tahun ke depan kita bisa mewujudkan keinginan kita’ balasnya.
“Ya! Kamu benar sekali Meyla. Oh iyaa kita lusa ulangtahun
yang ke 15. Apa yang kamu inginkan?” tanyaku.
“Aku hanya ingin kita sekeluarga selalu sehat sejahtera dan
merasa bahagia. Sampai kapanpun. Aku ingin kita terus bersama dan bersahabat
seperti ini Key. Kamu adalah anugerah terbaik yang Tuhan berikan untukku. Aku
tidak tahu apa aku bisa seperti saat ini kalau tidak ada kamu” jawab Meyla.
Aku tertegun. Meyla sangat baik. Kalau aku, aku akan minta
barang-barang yang bagus, bukan minta kesehatan untuk semua keluargaku. Aku
tersenyum kepadanya.
Pukul 15.00 Hujan tinggal gerimis.
Aku dan Meyla diajak Paman Budi, pamanku untuk pergi membeli
barang untuk besok di supermarket. Besok kami akan merayakan ulangtahun nenek,
kami akan membeli makanan, kado ulang tahun dan kue untuk nenek. Ulangtahun
nenek sehari sebelum ulangtahun aku dan Meyla. Kami naik motor pergi ke
Supermarket.
Jalanan sangat becek karena dari pagi hujan. Paman Budi
sangat berhati hati.
Aku duduk di tengah, berpegangan pada pundak Paman. Aku
memakai helm. Helm milik paman hanya 2. Meyla mengalah sehingga aku yang
memakainya. Meyla duduk di belakang, ia memegang pundakku. Aku berbalik badan
dan melihat Meyla tersenyum kepadaku. Senyumnya, sangat berbeda dari biasanya.
Wajahnya pun sangat pucat.
“Terima Kasih ya Key.” tanya Meyla tiba tiba.
“Untuk apa?” balasku
“Untuk semuanya. aku beruntung punya sahabat sepertimu.”
Supermarket berada 10 km dari rumah nenek. Memang cukup
jauh. Tapi ya begitulah.
Saat aku sedang berpikir,
tiba-tiba sebuah bus metromini menyerempet motor Paman, aku
melihat pemandangan yang menyeramkan ini sekilas. Sedetik kemudian aku
terlempar ke aspal. Kakiku sakit sekali. Untung aku memakai helm. Tapi… Aku
segera melihat ke arah Meyla. YA TUHAN!. Dia pingsan, kepalanya berdarah sangat
banyak karena membentur batu bata di trotoar dengan sangat keras, dan dia tidak
memakai helm. Keadaannya saat itu sangat kacau. Kulihat samar-samar Paman Budi
berteriak minta tolong. Kepalaku pusing. Beberapa detik kemudian aku merasa
semuanya hitam.
Aku membuka mata. Dimana aku sekarang? Semua
barang-barangnya berwarna putih.
Di depanku ada Ayah, dan nenek. Beberapa saat kemudian aku
segera tahu kalau aku ada di rumah sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Nek, Yah apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku dengan suara
yang lesu.
“Kau mengalami kecelakaan nak. Bus dengan tak sengaja
menyerempet motor Paman. Untung kamu dan Paman tidak kenapa kenapa. Hanya
keseleo di bagian kaki. Sekarang supir bus nya sudah meminta maaf dan membayar
semua biaya rumah sakit” jelas Ayah.
“Bagaimana keadaan Meyla??” tanyaku.
Ayah dan Nenek hanya terdiam… ada apa ini? Air muka mereka
menandakan sesuatu yang tidak baik terjadi. firasatku tidak enak.
“Bagaimana keadaaan Meyla? Jawab aku nek, jawab aku yah..”
teriakku.
Air mataku turun. aku segera membuka infus ku lalu berlari
ke kamar sebelah. Nenek dan Ayah mengejarku. Aku tidak peduli aku khawatir
dengan keadaan Meyla. Di dalam ruangan sebelah aku melihat pemandangan yang
sangat menyayat hatiku.
Ibu, bibi, kakek, paman berdiri mengelilingi ranjang Meyla
sambil menangis sesegukan. Kulihat Meyla di ranjang rumah sakit. Wajahnya
sangat pucat, seperti orang yang sudah… tidak, tidak boleh ini terjadi.
“ibuuu, bibi, kakek, paman, Meyla kenapa?” Tanyaku sambil
menangis. Aku tidak peduli betapa sakit kakiku. Aku hanya memikirkan Meyla.
“kembaranmu sudah tidak bisa ditolong nak. Dia mengeluarkan
darah yang sangat banyak sehingga kehabisan darah.” jelas ibu.
“jadi, Meyla meninggal???” tanyaku. Aku berharap ini hanya
mimpi.
Beberapa saat semuanya terdiam. Tetapi lalu kakek,paman, ibu
dan bibiku menggangguk.
Aku jatuh ke lantai. Lalu aku menangis sejadi-jadinya. Ini
hanya mimpii. Aku tidak percaya orang yang paling berarti dan aku sayang di
dunia ini telah pergi meninggalkan aku. Meyla, kembaranku. Satu satunya orang
yang mau bersahabat baik denganku. Meyla, kembaranku. Aku bukanlah diriku jika
tidak ada dia. Aku tidak siap menerima ini. Baru tadi siang dia bilang padaku,
10 tahun lagi kami pasti akan mewujudkan cita-cita dan keinginan kami.. Tapi
sekarang, hiks. Meyla kenapa kamu meninggalkanku? aku tidak tahu lagi harus
berteman dengan siapa di sekolah. Kamulah teman terbaikku, sahabat sejatiku,
setiap saat. Bahkan sampai kamu mati pun, kamu tetap akan menjadi sahabat
terbaikku. Aku berteriak dalam hati mengapa ini terjadi. Aku hanya bisa
menangis.
“Kau harus merelakannya nak. Mungkin kamu menyayangi Meyla.
Tapi Tuhan juga menyayangi dia nak. Ini semua rencana Tuhan. Rancangan Tuhan
adalah yang terbaik untuk kita semua. Percayalah nak.” kata Kakek.
Aku berusaha berhenti menangis, tetapi tidak bisa. Aku
mengulang kembali setiap kenanganku bersamanya. Saat bayi, yang pertama kali kukenal
adalah dirinya. Kami selalu melakukan aktivitas bersama-sama. Bermain
bersama-sama, Belajar bersama-sama, tertawa, menangis, saling membantu,
bercanda, kami lewati bersama. Dia selalu menolongku saat aku jatuh. Dia selalu
membantuku saat aku tidak bisa mengerjakan PR. Naik, turun, jatuh, bangun,
badai, hujan, semua telah kami lalui bersama. Mengapa harus dia? Mengapa??
Aku menangis semakin menjadi-jadi.